Konstruksi Generator Sinkron
Pada
dasarnya konstruksi dari generator sinkron adalah sama dengan
konstruksi motor sinkron, dan secara umum biasa disebut mesin sinkron
(seperti telah dibahas di sini).
Ada dua struktur kumparan pada mesin sinkron yang merupakan dasar kerja
dari mesin tersebut, yaitu kumparan yang mengalirkan penguatan DC
(membangkitkan medan magnet, biasa disebut sistem eksitasi) dan sebuah
kumparan (biasa disebut jangkar) tempat dibangkitkannya GGL arus
bola-balik.
Hampir semua mesin sinkron mempunyai belitan GGL
berupa stator yang diam dan struktur medan magnit berputar sebagai
rotor. Kumparan DC pada struktur medan yang berputar dihubungkan pada
sumber DC luar melaui slipring dan sikat arang, tetapi ada juga yang
tidak mempergunakan sikat arang yaitu sistem “brushless excitation”.
Bentuk Penguatan
Seperti
telah diuraikan diatas, bahwa untuk membangkitkan fluks magnetik
diperlukan penguatan DC. Penguatan DC ini bisa diperoleh dari generator
DC penguatan sendiri yang seporos dengan rotor mesin sinkron. Pada mesin
sinkron dengan kecepatan rendah, tetapi rating daya yang besar, seperti
generator Hydroelectric (Pembangkit listrik tenaga air), maka generator
DC yang digunakan tidak dengan penguatan sendiri tetapi dengan “Pilot Exciter” sebagai penguatan atau menggunakan magnet permanent (magnet tetap).
Gambar 1. Generator Sinkron Tiga fasa dengan Penguatan Generator DC “Pilot Exciter”.
Gambar 2. Generator Sinkron Tiga fasa dengan Sistem Penguatan “Brushless Exciter System”.
Alternatif lainnya untuk penguatan eksitasi adalah menggunakan Diode silikon dan Thyristor.
Ada dua tipe sistem penguatan “Solid state”, yaitu:
• Sistem statis yang menggunakan Diode atau Thyristor statis, dan arus dialirkan ke rotor melalui Slipring.
•
“Brushless System”, pada sistem ini penyearah dipasangkan diporos yang
berputar dengan rotor, sehingga tidak dibutuhkan sikat arang dan
slip-ring.
Bentuk Rotor
Untuk
medan rotor yang digunakan tergantung pada kecepatan mesin, mesin
dengan kecepatan tinggi seperti turbo generator mempunyai bentuk
silinder gambar 3a, sedangkan mesin dengan kecepatan rendah seperti
Hydroelectric atau Generator Listrik Diesel mempunyai rotor kutub
menonjol gambar 3b.
Gambar 3a. Bentuk Rotor kutub silinder.
Gambar 3b. Bentuk Rotor kutub menonjol.
Bentuk Stator
Stator
dari Mesin Sinkron terbuat dari bahan ferromagnetik , seperti telah
dibahas di sini, yang berbentuk laminasi untuk mengurangi rugi-rugi arus
pusar. Dengan inti ferromagnetik yang bagus berarti permebilitas dan
resistivitas dari bahan tinggi.
Gambar 4. Inti Stator dan Alur pada Stator
Gambar
4 memperlihatkan alur stator tempat kumparan jangkar. Belitan jangkar
(stator) yang umum digunakan oleh mesin sinkron tiga fasa, ada dua tipe
yaitu :
a. Belitan satu lapis (Single Layer Winding).
b. Belitan berlapis ganda (Double Layer Winding).
Bentuk Stator Satu Lapis
Gambar
5 memperlihatkan belitan satu lapis, karena hanya ada satu sisi lilitan
didalam masing-masing alur. Bila kumparan tiga fasa dimulai pada Sa,
Sb, dan Sc dan berakhir di Fa, Fb, dan Fc bisa disatukan dalam dua cara,
yaitu hubungan bintang dan segitiga. Antar kumparan fasa dipisahkan
sebesar 120 derajat listrik atau 60 derajat mekanik, satu siklus GGL
penuh akan dihasilkan bila rotor dengan 4 kutub berputar 180 derajat
mekanis. Satu siklus GGL penuh menunjukkan 360 derajat listrik, adapun
hubungan antara sudut rotor mekanis α_mek dan sudut listrik α_lis,
adalah :
Gambar 5. Belitan Satu Lapis Generator Sinkron Tiga Fasa.
Contoh:
Sebuah generator Sinkron mempunyai 12 kutub. Berapa sudut mekanis ditunjukkan dengan 180 derajat listrik.
Jawaban:
Sudut mekanis antara kutub utara dan kutub selatan adalah:
Ini menunjukkan 180 derajat listrik
atau bisa juga secara langsung, yaitu:
Gambar 6. Urutan fasa ABC.
Untuk
menunjukkan arah dari putaran rotor gambar 6. (searah jarum jam),
urutan fasa yang dihasilkan oleh suplai tiga fasa adalah ABC, dengan
demikian tegangan maksimum pertama terjadi dalam fasa A, diikuti fasa B,
dan kemudian fasa C.
Kebalikan arah putaran dihasilkan dalam
urutan ACB, atau urutan fasa negatif, sedangkan urutan fasa ABC disebut
urutan fasa positif. Jadi ggl yang dibangkitkan sistem tiga fasa secara
simetris adalah:
EA = EA ∟ 0° volt
EB = EB ∟ -120° volt
EC = EC ∟ -240° volt
Belitan Berlapis Ganda
Kumparan
jangkar yang diperlihatkan pada gambar 5 hanya mempunyai satu lilitan
per kutub per fasa, akibatnya masing-masing kumparan hanya dua lilitan
secara seri. Bila alur-alur tidak terlalu lebar, masing-masing
penghantar yang berada dalam alur akan membangkitkan tegangan yang sama.
Masing-masing tegangan fasa akan sama untuk menghasilkan tegangan per
penghantar dan jumlah total dari penghantar per fasa.
Dalam
kenyataannya cara seperti ini tidak menghasilkan cara yang efektif dalam
penggunaan inti stator, karena variasi kerapatan fluks dalam inti dan
juga melokalisir pengaruh panas dalam daerah alur dan menimbulkan
harmonik. Untuk mengatasi masalah ini, generator praktisnya mempunyai
kumparan terdistribusi dalam beberapa alur per kutub per fasa. Gambar 7
memperlihatkan bagian dari sebuah kumparan jangkar yang secara umum
banyak digunakan. Pada masing-masing alur ada dua sisi lilitan dan
masing-masing lilitan memiliki lebih dari satu putaran. Bagian dari
lilitan yang tidak terletak kedalam alur biasanya disebut “ Winding
Overhang”, sehingga tidak ada tegangan dalam winding overhang.
Gambar 7. Belitan Berlapis Ganda Generator Sinkron Tiga Fasa.
Faktor Distribusi
Seperti
telah dijelaskan diatas bahwa sebuah kumparan terdiri dari sejumlah
lilitan yang ditempatkan dalam alur secara terpisah. Sehingga, GGLl pada
terminal menjadi lebih kecil bila dibandingkan dengan kumparan yang
telah dipusatkan. Suatu faktor yang harus dikalikan dengan GGL dari
sebuah kumparan distribusi untuk menghasilkan total GGL yang
dibangkitkan disebut faktor distribusi Kd untuk kumparan. Faktor ini
selalu lebih kecil dari satu (Kd < 1). Diasumsikan ada n alur per
fasa per kutub, maka jarak antara alur dalam derajat listrik, adalah :
dimana m menyatakan jumlah fasa.
Gambar 8. Diagram Phasor dari Tegangan Induksi Lilitan.
Perhatikan
gambar 8, disini diperlihatkan GGL yang dinduksikan dalam alur 2 akan
tertinggal (lagging) dari GGL yang dibangkitkan dalam alur 1 sebesar ψ
=15 derajat listrik, demikian pula GGL yang dinduksikan dalam alur 3
akan tertinggal 2ψ derajat, dan seterusnya. Semua GGL ini ditunjukkan
masing-masing oleh phasor E1, E2, E3 dan E4. Total GGL stator per fasa E
adalah jumlah dari seluruh vektor.
E = E1 + E2 + E3 + E4
Total GGLl stator E lebih kecil dibandingkan jumlah aljabar dari GGL lilitan oleh faktor.
Kd adalah faktor distribusi, dan bisa dinyatakan dengan persamaan:
Keuntungan
dari kumparan distribusi, adalah memperbaiki bentuk gelombang tegangan
yang dibangkitkan, seperti terlihat pada gambar 9.
Gambar 9. Total GGL Et dari Tiga GGL Sinusoidal.
Faktor Kisar
Gambar
10, memperlihatkan bentuk kisar dari sebuah kumparan, bila sisi lilitan
diletakkan dalam alur 1 dan 7 disebut kisar penuh, sedangkan bila
diletakkan dalam alur 1 dan 6 disebut kisar pendek, karena ini sama
dengan 5/6 kisar kutub.
Gambar 10. Kisar Kumparan
Kisar :
5/6 = 5/6 x 180 derajat = 150 derajat
1/6 = 1/6 x 180 derajat = 30 derajat.
Kisar pendek sering digunakan, karena mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya:
• Menghemat tembaga yang digunakan.
• Memperbaiki bentuk gelombang dari tegangan yang dibangkitkan.
• Kerugian arus pusar dan Hysterisis dapat dikurangi.
EL GGL yang diinduksikan pada masing-masing lilitan, bila lilitan merupakan kisar penuh, maka total induksi = 2 EL (gambar 11).
Gambar 11. Vektor Tegangan Lilitan.
Sedangkan kisar pendek dengan sudut 30 derajat listrik, seperti diperlihatkan pada gambar 8b, maka tegangan resultannya adalah:
E = 2 EL. Cos 30/2
atau,
dimana P° adalah kisar kumparan dalam derajat listrik.
Gaya Gerak Listrik Kumparan
Sebelumnya
telah dibahas mengenai frekuensi dan besarnya tegangan masing-masing
fasa secara umum. Untuk lebih mendekati nilai GGL sebenarnya yang
terjadi maka harus diperhatikan faktor distribusi dan faktor kisar.
Apabila
Z = Jumlah penghantar atau sisi lilitan dalam seri/fasa = 2 T
T = Jumlah lilitan per fasa
dφ = φP dan dt = 60/N detik
maka GGL induksi rata-rata per penghantar:
sedangkan jika,
atau,
Sehingga GGL induksi rata-rata per penghantar menjadi:
bila ada Z penghantar dalam seri/fasa, maka : GGL rata-rata/fasa
= 2.f.φ.Z Volt
= 2.f.φ.(2T) = 4.f.φ.T volt
GGL efektif/fasa = 1,11x 4.f.φ.T = 4,44 x f .φ.T Volt
bila faktor distribusi dan faktor kisar dimasukkan, maka GGL efektif/fasa
E = 4,44 . Kd. Kp .f .φ . T (Volt)
Semoga bermanfaat,
0 komentar:
Posting Komentar